PENGAJARAN bahasa asing di sekolah dasar bukan barang baru di Indonesia. Saat ini banyak SD, baik di perkotaan maupun di pedesaan, telah berani mengenalkan bahasa Inggris, khususnya kepada siswa kelas IV–VI. Berbekal pelatihan dan ilmu terkesan seadanya, guru kelas bercas- ciscus menyampaikan materi pelajaran.
Potensi pengajaran bahasa Inggris di sekolah dasar untuk menunjang kesuksesan siswa dalam mempelajari bahasa internasional ini di sekolah lanjutan sangatlah besar. Semakin dini peserta didik mempelajari bahasa Inggris diharapkan semakin mudah mereka menguasainya di masa mendatang.
Permasalahannya adalah kredibilitas guru kelas dalam pengajaran bahasa Inggris masih tanda ”Tanya” besar. Jika yang diperoleh siswa SD adalah ilmu yang keliru, maka akan amat berbahaya bagi keberlangsungan (continuity) pembelajaran bahasa Inggris di jenjang pendidikan berikutnya.
Belum lagi saat siswa kesulitan dan cara mengajar gurunya tidak mengena atau membosankan, maka motivasi dan minat mereka lambat laun melemah bahkan hilang.
Di Jepang, kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris di kalangan guru SD, SMP, bahkan SLTA tidak sebagus yang kita bayangkan. Di sejumlah SMP dan SMA yang penulis kunjungi, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) bahasa Inggris hampir 80 persen dalam bahasa Jepang.
Untuk melejitkan potensi pengajaran bahasa Inggris siswa SD di Tanah Air, merujuk yang penulis saksikan di SD-SD Jepang, setidaknya ada lima langkah cerdas yang seyogianya ditempuh guru kelas.
Pertama, guru harus mempelajari dan menguasai metode serta teknik pengajaran bahasa Inggris untuk tingkat SD. Di SD, keterampilan bahasa yang diajarkan adalah mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking). Materi, pengenalan kosa kata dan kalimat sederhana.
Kedua, secara terus-menerus guru mempelajari untuk menguasai materi.
Ketiga, untuk melakukan langkah 1 dan 2, pihak sekolah memfasilitasi guru kelas untuk mendapat pelatihan memadai. Tanpa pelatihan cukup, sulit bagi guru menguasai teknik dasar pengajaran bahasa Inggris.
Keempat, guru melakukan lesson study secara pribadi maupun berkelompok. Di Jepang, para guru dari berbagai SD sering bertandang ke SD yang dipandang bagus dalam pengajaran bahasa Inggris. Di sana mereka menyaksikan langsung proses pembelajaran bahasa di kelas dari awal sampai akhir sambil mencocokkan setiap kegiatan dengan lesson plan yang mereka terima. Mereka juga mendapat penjelasan guru pengajar tentang proses belajar-mengajar sebelumnya, disusul diskusi. Sering pengunjung lesson study membeludak, banyak pengamat bekerja dari balik jendela kelas.
Lesson study dapat juga dilakukan guru dengan bertandang ke tempat kursus. Pengalaman- pengalaman dari lesson study ini akan memperkaya imajinasi dan kreativitas guru kelas dalam mempersiapkan dan menyampaikan materi kepada siswa dengan lebih baik dan menarik.
Kelima, guru harus cerdas dan kreatif membuat alat bantu pengajaran. Perlu aneka bentuk dan warna untuk mengajar, juga aktivitas permainan yang unik dan menarik, juga lagu anak-anak berbahasa Inggris. Di kelas I-IV, siswa tidak melakukan kegiatan tulis-menulis. Tak ada tes agar siswa tidak terbebani, supaya motivasi belajar bahasa Inggris mereka tetap terjaga.
Hasilnya? Diharapkan bekal bahasa Inggris yang didapat di bangku SD akan membuat siswa lebih mudah dan percaya diri mempelajarinya di sekolah lanjutan dengan tingkat kepahaman dan kefasihan di atas rata-rata.
Salahsatu metode pengajaran bahasa inggris :
Metode Langsung (Direct Method)
Direct artinya langsung. Direct method atau model langsung yaitu suatu cara mengajikan materi pelajaran bahasa asing di mana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemontstrasikan, menggambarkan dan lain-lain.
Metode ini berpijak dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa asing tidak sama halnya dengan mengajar ilmu pasti alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumus-rumus tertentu, berpikir, dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa, siswa/anak didik dilatih praktek langsunng mengucapkan kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata atau kalimat tersebut mula-mula masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata-kata dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula mengartikannya.
Demikian halnya kalau kita perhatikan seorang ibu mengajarkan basah kepada anak-anaknya langsung dengan mengajarinya, menuntunnya mengucapkan kata per kata, kalimat per kalimat dan anaknya menurutinya meskipun masih terihat lucu. Misalnya ibunya mengajar “Ayah” maka anak tersebut menyebut “Aah” dan seterusnya. Namun lama kelamaan si anak mengenali kata-kata itu dan akhirnya ia mengerti pula maksudnya
Pada prinsipnya metode langsung (direct method) ini sangat utama dalam mengajar bahasa asing, karena melalui metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa menggunakan bahasa ibu (bahasa lingkungannya). Meskipun pada mulanya terlihat sulit anak didik untuk menuirukannya, tapi adalah menarik bagi anak didik.
Ciri-ciri metode ini adalah :
Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata, kemudian struktur kalimat
Gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu, dan siswa tidak dituntut menghafal rumus-rumus gramatika, tapi yang utam adalah siswa mampu mengucapkan bahasa secara baik
Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu (alat peraga) baik berupa alat peraga langsung, tidak langsung (bnda tiruan) maupun peragaan melalui simbol-simbol atau gerakan-gerakan tertentu
Setelah masuk kelas, siswa atau anak didik benar-benar dikondisikan untuk menerima dan bercakap-cakap dalam bahasa asing, dan dilarang menggunakan bahasa lain.
Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata, kemudian struktur kalimat
Gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu, dan siswa tidak dituntut menghafal rumus-rumus gramatika, tapi yang utam adalah siswa mampu mengucapkan bahasa secara baik
Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu (alat peraga) baik berupa alat peraga langsung, tidak langsung (bnda tiruan) maupun peragaan melalui simbol-simbol atau gerakan-gerakan tertentu
Setelah masuk kelas, siswa atau anak didik benar-benar dikondisikan untuk menerima dan bercakap-cakap dalam bahasa asing, dan dilarang menggunakan bahasa lain.
Kebaikan metode langsung (Direct)
Metode langsung (direct) dilihat dari segi efektivitasnya memiliki keunggulan antara lain :
Siswa termotivasi untuk dapat menyebutkan dan mengerti kata-kata kalimat dalam bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya, apalagi guru menggunakan alat peraga dan macam-macam media yang menyenangkan
Karena metode ini biasanya guru mula-mula mengajarkan kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana yang dapat dimengerti dan diketahui oleh siswa dalam bahasa sehari-hari misalnya (pena, pensil, bangku, meja, dan lain-lain), maka siswa dapat dengan mudah menangkap simbol-simbol bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya.
Metode ini relatif banyak menggunakan berbagai macam alat peraga : apakah video, film, radio kaset, tape recorder, dan berbagaimedia/alat peraga yang dibuat sendiri, maka metode ini menarik minat siswa, karena sudah merasa senang/tertarik, maka pelajaran terasa tidak sulit
Siswa memperoleh pengalaman langsung danpraktis, sekalipun mula-mula kalimat yang diucapkan itu belum dimengerti dan dipahami sepenuhnya
Alat ucap / lidah siswa/anak didik menjadi terlatih dan jika menerima ucapan-ucapan yang semula sering terdengar dan terucapkan
Siswa termotivasi untuk dapat menyebutkan dan mengerti kata-kata kalimat dalam bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya, apalagi guru menggunakan alat peraga dan macam-macam media yang menyenangkan
Karena metode ini biasanya guru mula-mula mengajarkan kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana yang dapat dimengerti dan diketahui oleh siswa dalam bahasa sehari-hari misalnya (pena, pensil, bangku, meja, dan lain-lain), maka siswa dapat dengan mudah menangkap simbol-simbol bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya.
Metode ini relatif banyak menggunakan berbagai macam alat peraga : apakah video, film, radio kaset, tape recorder, dan berbagaimedia/alat peraga yang dibuat sendiri, maka metode ini menarik minat siswa, karena sudah merasa senang/tertarik, maka pelajaran terasa tidak sulit
Siswa memperoleh pengalaman langsung danpraktis, sekalipun mula-mula kalimat yang diucapkan itu belum dimengerti dan dipahami sepenuhnya
Alat ucap / lidah siswa/anak didik menjadi terlatih dan jika menerima ucapan-ucapan yang semula sering terdengar dan terucapkan
Kekurangan-kekurangan metode langsung (Direct)
Pengajaran dapat menjadi pasif, jika guru tidak dapat memotivasi siswa, bahkan mungkin sekali siswa merasa jenuh dan merasa dfongkol karena kata-kata dan kalimat yang dituturkan gurunya itu tidak pernah dapat dimengerti, karena memang guru hanya menggunakan bahasa asing tanpa diterjemahkan ke dalam bahasa anak.
Pada tingkat-tingkat permulaan kelihatannya metode ini terasa sulit diterapkan, karena siswa belum memiliki bahan (perbendaharaan kata) yang sudah dimengerti
Meskipun pada dasarnya metode ini guru tidak boleh menggunakan bahasa sehari-hari dalam menyampaikan bahan pelajaran bahasa asing tapi pada kenyataannya tidak selalu konsisten demikian, guru terpaksa misalnya menterjemahkan kata-kata sulit bahasa asing itu ke dalam bahasa anak didik.
Pengajaran dapat menjadi pasif, jika guru tidak dapat memotivasi siswa, bahkan mungkin sekali siswa merasa jenuh dan merasa dfongkol karena kata-kata dan kalimat yang dituturkan gurunya itu tidak pernah dapat dimengerti, karena memang guru hanya menggunakan bahasa asing tanpa diterjemahkan ke dalam bahasa anak.
Pada tingkat-tingkat permulaan kelihatannya metode ini terasa sulit diterapkan, karena siswa belum memiliki bahan (perbendaharaan kata) yang sudah dimengerti
Meskipun pada dasarnya metode ini guru tidak boleh menggunakan bahasa sehari-hari dalam menyampaikan bahan pelajaran bahasa asing tapi pada kenyataannya tidak selalu konsisten demikian, guru terpaksa misalnya menterjemahkan kata-kata sulit bahasa asing itu ke dalam bahasa anak didik.
Metode ini sebenarnya tepat sekali digunakan pada tingkat permulaan maupun atas karena si siswa merasa telah memiliki bahan untuk bercakap/cercicara dan tentu saja agar siswa betul-betul merasa tertantang untuk bercakap/berkomunikasi; maka sanksi-sanksi dapat ditetapkan bagi mereka yang menggunakan bahasa sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar