Di sebuah desa yang terpencil, jauh dari hiruk pikuk keramaian kota, ada seorang
Bapak paruh baya penjual tahu, Pa Udin namanya. Tahu yang ia jual adalah tahu
buatannya sendiri. Ilmu membuat tahu ia dapat saat ia merantau ke kota dan
bekerja di pabrik tahu. Karena ia kena PHK, akhirnya pulang kampung dan mencoba
buka usaha pembuatan tahu sendiri dengan modal seadanya dan dibantu oleh anak
dan istrinya. Setiap pagi ia berangkat ke pasar untuk menjual tahu. Jarak dari
rumah ke pasar cukup jauh harus ditempuh kurang lebih 1 jam. Jaraknya hanya 10
km, namun jalanannya rusak ditambah lagi perjalanan dari rumahnya ke jalan yang
dilalui angkutan umum harus ditempuh dengan jalan kaki sejauh 2 km melewati
kebun dan pematang sawah. Kebetulan rumahnya memang ditengah kebun warisan
ayahnya dan belum bisa diakses oleh kendaraan bermotor, bahkan oleh kendaraan
roda dua. Angkutan umum yang lewat ke desanya hanya satu, dan itu juga hanya
satu kali jalan pagi-pagi dan pulangnya sore hari. Pada suatu pagi seperti biasa
pa Udin bergegas memikul tahunya untuk di jual ke pasar. Namun sialnya dia
terpeleset saat melintasi pematang sawah. Ia terjatuh dan tahu yang dibawanyapun
hancur jatuh ke sawah dan tidak mungkin melanjutkan ke pasar, disamping dia
blepotan oleh lumpur juga tahu-tahunya hancur, kotor dan tidak mungkin dijual.
Pa Udin kesal bukan main, wadah tahu ia tendang sampai terpental beberapa meter.
ia pulang dengan terus menggerutu menyebut2 "Tuhan tidak adil, usahaku hancur,
rugi, modalku ludes" dll. Sesampainya di rumah ia terus menggerutu dan
marah-marah, istri dan anaknya berusaha menghibur dan menenangkannya. Beberapa
menit kemudian lewat tetangga ke depan rumahnya dan mengabari bahwa angkutan
umum yang biasa ia tumpangi jatuh ke jurang, rem blong, penumpang dan sopirnya
meninggal semua. "Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun" ujar pa udin sambil
mengelus dada dan melirik ke anak istrinya. "Bu, ternyata Allah masih menyayangi
Bapak, kalo saja tadi tidak terjatuh, mungkin sekarang bapa udah mati bersama
para penumpang angkutan tadi" lanjut pa udin kepada istrinya. "Bener kata pa
kyai, Sabar itu di awal" kata istri pa ududin. "Lhaaa, terus kalau yang di akhir
apa mak?" tanya si Ucup anak pa udin penasaran. "Kalo diakhir ya SADAR, tuh kaya
bapakmu, tadi terjatuh bukannya sabar malah langsung marah-marah, sesumar dll,
eh pas tau kejadian mobil angkutan yg biasa ditumpanginya jatuh masuk jurang
akhirnya sadar kalo ia terbebas dari maut gara-gara terjatuh tadi" timpal si
ibu. "Astaghfirullahaladziim,, bapak tidak bersabar, padahal dibalik musibah
pasti ada hikmahnya, Alhamdulillah" kata pa udin sambil menghela nafas panjang,
dan berayukur dirinya selamat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PIDATO BAHASA ARAB DAN TERJEMAHANNYA TENTANG TANTANGAN AKHIR ZAMAN
Berikut pidato tentang tantangan akhir zaman dalam bahasa Arab beserta terjemahannya: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الحمد لله الذي أنع...
-
Rangkuman materi: 1.1 Sejarah Pembentukan Dinasti Al-ayyubuyah (569-650/ 1174-1252 M) ...
-
By Iwan Subhan BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan Landasan Wawasan Nusantara v Wawasan 1. Wawasan Benua ...
-
Hadirnya komputer di era sekarang ini memberikan banyak pengaruh bagi kehidupan manusia, baik pengaruh positif maupun negatif, komputer me...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar